Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

Cerita Awal Warung Cakti

  Hello, kembali lagi di blog Ade Ayung Kali ini aku mau cerita tentang sebuah usaha yang sedang aku rintis beberapa bulan terakhir. Yup, Warung Cakti namanya. Warung kecil di pinggir jalan Bypass IB Mantra ini terbilang cukup sederhana. Sesederhana harapan ku ketika membangun warung ini bersama keluargaku.  Lokasi warung bisa di cek di  https://g.co/kgs/UeqjQB Warung ini awalnya ber konsep warkop sederhana. Dimana kami berusaha menjadi tempat instirahat dan tempat ngopi bagi orang-orang yang lelah dalam perjalanan mereka. Semakin kesini, satu persatu kami mulai memiliki langganan. Dimana sebagian besar dari customer kami, kembali lagi dan kembali lagi untuk menikmati kopi dan pisang goreng khas warung Cakti. Tak jarang mereka mengajak temannya untuk ikut mampir. Hari demi demi hari, kami pun sedikit berkembang, dari warung kopi menjadi warung makan. Menu utama di Warung Cakti, adalah soto ayam dan soto sapi. Bumbu diracik fresh setiap hari oleh saya sendiri sebagai pemilik dan pengelo

Karena Menyerah Bukanlah Sebuah Pilihan

Siang itu terdengar suara motor mendekat ke arah warung makan ku. Dari suaranya, aku tahu betul si bungsu yang datang. Ia dengan pakaian sekolahnya yang rapi menghampiriku. Aku menoleh ke layar HP di genggamanku dan dan jam menunjukan pukul 9.00 pagi. "Kamu sudah sarapan? Sarapan dulu sebelum berangkat sekolah." Ucapku. Kemudian dibalas oleh si bungsu, "Sudah pulang sekolah, tadi jembatan putus, jalanan macet, aku jadi terlambat ke sekolah, gerbang sudah terlanjur di tutup, jadi aku pulang saja". Sontak jawabannya itu membuat aku marah, sejak kapan adikku jadi seorang yang 'mudah menyerah'? Aku pun panjang lebar menjelaskan betapa banyak anak sekolah harus rela menyeberang kali untuk sampai ke sekolah, menaiki gunung, bahkan harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk sampai di sekolah. Sedangkan kami yang tinggal di perkotaan sudah bisa berangkat dengan mobil atau motor dengan nyaman untuk sampai ke sekolah. Apakah kita harus menyerah hanya karena gerbang s