Siang itu terdengar suara motor mendekat ke arah warung makan ku. Dari suaranya, aku tahu betul si bungsu yang datang. Ia dengan pakaian sekolahnya yang rapi menghampiriku.
Aku menoleh ke layar HP di genggamanku dan dan jam menunjukan pukul 9.00 pagi. "Kamu sudah sarapan? Sarapan dulu sebelum berangkat sekolah." Ucapku. Kemudian dibalas oleh si bungsu, "Sudah pulang sekolah, tadi jembatan putus, jalanan macet, aku jadi terlambat ke sekolah, gerbang sudah terlanjur di tutup, jadi aku pulang saja".
Sontak jawabannya itu membuat aku marah, sejak kapan adikku jadi seorang yang 'mudah menyerah'? Aku pun panjang lebar menjelaskan betapa banyak anak sekolah harus rela menyeberang kali untuk sampai ke sekolah, menaiki gunung, bahkan harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk sampai di sekolah. Sedangkan kami yang tinggal di perkotaan sudah bisa berangkat dengan mobil atau motor dengan nyaman untuk sampai ke sekolah. Apakah kita harus menyerah hanya karena gerbang sekolah di tutup? Toh terlambat berapa menit itu bukan sepenuhnya kesalahan kita, itu karena kesalahan teknis yang tidak dapat dihindari.
Panjang lebar kujelaskan padanya betapa pentingnya mindset dalam menghadapi permasalahan. Jangan mudah menyerah sementara banyak diluar sana contoh-contoh kecil yang dapat kita jadikan motovasi hidup.
Komentar